Seni Bercerita

   Suatu hari aku dalam perjalanan setelah pulang dari rumah seorang kawan, aku bersemangat untuk memacu motor GL-MAX kebanggaanku yang biasa kupanggil dengan sebutan GLEND. Rasanya sangat bersemangat untuk mencapai kontrakanku dengan cepat karena mata ini sangat mengantuk. Sedikit melengok ke arloji setengah jutaku, benar.. arloji "setengah juta" milikku yang kudapat dengan bertirakat makan seadanya demi mendapatkan jam tangan yang kuidam-idamkan karena harganya menguras setengah kantong yang memaksa diri ini untuk berpuasa. Dan kembali lagi ke cerita, terlihat gambaran jelas menembus kaca arlojiku, waktu menunjukkan pukul 10 malam. Semakin bersemangat ragaku yang lelah untuk merasakan hangatnya ranjang dengan busa yang empuk yang biasa kugunakan sebagai alas untuk merebahkan diri, memejamkan mata, mengisi tenaga sambil memanjakan diri.

AKU DAN SI GLEND

Kupacu motorku dengan kecepatan 100km/jam karena malam itu begitu sepi, hanya beberapa mobil dan motor yang mengiringi. Namun di tengah jalan, ketika aku menikamati adrenalin yang terpicu oleh kecepatan tersebut, aku melihat 2 orang sosok yang aku kenal dalam keseharianku. Aku mengingat-ingat, menggali lagi memori dalam database fikiran ini dalam sepersekian detik, terlewat beberapa puluh meter baru aku teringat, siapa mereka berdua?

YA.. Mereka adalah tetanggaku dan seorang gadis yang baru-baru ini dekat denganku. Kupastikan lagi bahwa itu mereka dengan melihat ke arah spion kiriku. BENAR.. Itu mereka, tapi ada satu sosok lagi berdiri di belakang mereka. Tiba-tiba entah mengapa aku mengerem mendadak layaknya motor-motor dalam aksi motor freestyle contest dan terhenti. Tersadar bahwa aku sudah berhenti, langsung kuputar balik motorku untuk mengahampiri mereka. Dan terlihatlah 3 sosok yang sedang kemalaman menunggu angkot untuk pulang. Dan satu orang yang tidak kukenal tadi ternyata adalah kakek-kakek renta yang sudah lelah menanti angkot yang tidak kunjung datang sedari tadi.
 
Muncul dalam benakku ingin membantu mereka, sekedar memberi tumpangan untuk sampai tujuan, karena sudah dipastikan bahwa untuk dapat angkot jam segini adalah sebuah keberuntungan. TAPI.. TAPI.. WAIT-WAIT! Tiba-tiba benakku kacau, kebingungan seperti seseorang yang sedang ditagih tiga penagih hutang yang berbeda dan dalam keadaan tidak memiliki sepeserpun uang untuk melunasi mereka. Karena aku bingung, bingung siapa yang akan kutolong????? 

OK, sebelum saya berbicara lebih jauh...
 ... saya ingin anda berhenti sejenak.
Pikirkan apa yang baru saja saya lakukan...
Yup... Saya baru saja bercerita.

Sekarang, apa saja yang bisa anda LIHAT dari cerita itu?
  •     Saya sedang menuju kontrakan saya,
  •     Saya mempunyai arloji mahal,
  •     Saya kebut-kebutan,
  •     Saya melihat tetangga dan gadis yang sedang dekat dengan saya,
  •     Saya baru saja mengalami sesuatu yang belum pernah anda alami,
  •     Saya membuat anda berfikir mencari solusi untuk saya,
  •     Saya membuat anda ingin mengetahui apa yang terjadi selanjutnya,
  •     dsb.

Selamat! Anda baru saja membaca dan ikut mengalami malam itu bersama saya. Inilah yang disebut dengan seni bercerita, saya membawa anda ke dalam cerita saya dan sudah di pastikan, ini membuat siapa yang bercerita dengan baik, akan membuat dirinya lebih dekat dengan yang siapa yang diajak bercerita. Bagaimana jika ini anda terapkan kepada orang yang anda suka? Apa yang akan terjadi,,, Hmm.. Anda akan tau jika anda mencobanya. Berceritalah dengan jelas, jangan asal-asalan, jangan terlalu singkat, jangan cuma intinya, dan yang pastinya jangan membosankan.

   Oke kita kembali pada cerita saya.

   Lalu, apa yang terjadi selanjutnya? Siapakah yang duluan kutolong? Apakah tetanggaku yang sudah jelas rumahnya samping kontrakanku, ataukah gadisku yang pastinya akan semakin lengket bila aku antarkan dia ke kostnya, ataukah kakek tua renta yang pastinya aku mendapat pahala yang banyak apabila aku antarkan kakek tersebut yang kebetulan rumahnya juga sejurus dengan kontrakanku yang lebih dekat beberapa ratus meter?

Bagaimana jika anda menjadi saya??? Coba pikirkan..
























Please... Coba berusahalah dulu, bagaimana jika anda di posisi saya? Setelah anda berfikir, silahkan scroll ke bawah.



























   Okelah, anda tidak bersabar..
   Kemudian saya memejamkan mata, berfikir tenang dan akhirnya saya putuskan untuk turun dari motor, mencabut kunci motor lalu saya serahkan kunci motor ke tangan tetangga saya guna mengantar sang kakek sekalian saya memintanya untuk membawa motor saya sampai ke kontrakan. 
   Lalu? What next? Bagaimana dengan diriku? Tentu saja jangan kuatir!! Saya berdua dengan gadis tersebut bersama menunggu angkot sambil menikmati malam berdua dengan indahnya. Angkot datang atau tidak? Biarlah... Karena malam ini milik kami berdua.. Hahaha


NB: Tentu saja kisah tadi setengah nyata. Jadi, mohon beberapa pihak untuk tidak tersinggung terutama kamu.